Tetap Hidup dan Berbahagia

 

Hendak ditulis agar kelak kita manusia tetap hidup dalam kehidupan; senantiasa berbahagia walau duka lara itu jelas adanya.

Pernahkah kau merasa mati walau bernapas terus dilakoni; napas sekejap tertahan, padahal oksigen bertebaran; merasa dunia menjadi hampa sebab nestapa berpendar tanpa sadar; menanti bahagia dan lagi-lagi disambut duka lara?

Hendak aku tulis sesalah dua perkara menyoal tiap kita manusia. Pertama, terlahir dalam kehidupan tak membuat kita manusia dengan serta-merta menjadi hidup dalam kehidupan. Sebab, hidup adalah napas-napas panjang yang kita manusia nikmati tanpa intervensi. Sedang kehidupan adalah paksaan perihal menjadi siapa; menjadi apa. Sekali lagi aku bilang, kehidupan tak membuat kita manusia hidup. Beda halnya dengan hidup yang mampu menyusun kehidupan kita manusia. Menjadi apa; menjadi siapa tanpa paksaan adalah suatu keberkahan. Jika adanya intervensi, walau dengan berberat hati setidak-tidaknya dijalani, kelak kau akan mati suri lalu bangkit untuk kedua kali dengan intervensi yang sudah kau nikmati.

Kedua, menyoal berbahagia. Pernah dengar, “kau bisa bohongi kesemua orang tapi tidak dengan hatimu, tidak dengan perasaanmu”? Aku kira begitulah juga berbahagia bekerja. Mesti kau sendiri yang mengamati, juga yang mengamini. Sebab, perasaanlah yang buatmu ungkapkan kejujuran. Tiada apa jika kau hendak membohongi tiap-tiap kita manusia, yang terpenting jujurlah pada diri sendiri. Kelak, sekalipun dijemput duka lara, kau akan tetap berbahagia.

Sesederhana yang sederhana.

 

Comments